Saturday, May 19, 2007

PERKEMBANGAN DAN KELATAHAN DALAM PENERBITAN BUKU

Berbicara tentang prospek penerbitan buku 25 tahun ke depan, tentu saja sangat riskan. Faktor utama yang membuat risiko tersebut bukan perkembangan buku an sich, tetapi perkembangan di bidang lain yang sangat memengaruhi perkembangan buku itu sendiri, terutama perkembangan dalam dunia komputer digital yang mengubah seluruh konsep orang tentang buku.

Perkembangan komputasi digital, hanya dalam tempo kurang-lebih 25 tahun, mengubah konsep buku secara radikal. Buku menjadi paperless. Buku tanpa kertas sesuatu yang hampir tidak terbayangkan sebelumnya. Kalau dulu buku dan kertas seperti ikan dan air, adanya kepastian sebegitu rupa sehingga Pilatus mengatakan quod scripsi scripsi, apa yang sudah saya tulis tetap tertulis, kini ucapan itu mungkin tidak berlaku lagi. Apa yang saya tulis bisa saja diubah orang lain lagi karena setiap orang akan mengadakan intervensi dengan menambahkan nuansa, menambah titik, koma, kata, kalimat, komentar sehingga mengubah konsep pengarangnya. Ahmadun Yosi Herfanda Redaktur Pustaka Republika Bisnis perbukuan di Indonesia sering diwarnai kelatahan. Banyak penerbit, kecil maupun besar, yang suka mengikuti 'tren pasar buku' tanpa pertimbangan dan persiapan yang matang, alias hanya ikut-ikutan untuk mendapatkan keuntungan secara instan. Seperti yang terjadi di dunia pertelevisian, tiap ada tayangan yang laris lantas stasiun-stasiun tv swasta lain ramai-ramai membuat tayangan serupa, demikian pula yang sering terjadi di dunia perbukuan. Tiap ada buku yang laris, apalagi best seller, banyak penerbit yang ramai-ramai merilis buku sejenis. Kelatahan, misalnya, sangat tampak setelah buku Jakarta Undercover (JU) karya Muammar Emka mencapai best seller. Banyak penerbit yang lantas merilis buku serupa (berbau seks dan menggoda syahwat), baik buku-buku investigasi semi-fiktif seperti JU, penuturan pelaku seks bebas (juga semi fiktif), maupun semi-pengetahuan berselera rendah. Dengan gampang kita dapat menyebut buku-buku... http://ahperpus.multiply.com/journal/item/130 Thu, 22 Mar 2007

Musim hujan sekarang ini merupakan musim hujan yang banyak menimbulkan kerugian yang sangat banyak khususnya para pencinta buku atau hidupnya yang bersentuhan langsung dengan buku dan buku apapun. Karena buku adalah lembaran kertas-kertas yang tercetak dan tergambar penuh makna bagi kehidupan manusia khususnya generasi penerus yang sudah tua sekarang ini. Buku adalah tempat menyimpan sejarah peradaban manusia yang abadi sepanjang masa. Buku dari zaman peradaban mesir hingga sekarang bentuknya tidak berubah hanya kwalitas bahan dan tehnologi cetak buku.Banjir telah menghanyutkan, merusak, dan menghilangkan buku yang masih digunakan atau dimamfaatkan oleh para pelajar dan mahasiswa. Jakarta banjir ribuan buku sudah rusak tidak bisa digunakan lagi, sebagian sejarah kebudayaan manusia telah hilang, kebodohan manusia akan muncul lagi bila buku-buku yang rusak hilang karena banjir tidak tergantikan. Indonesia banjir jutaan buku musnah, milyaran ilmu hilang ditelan air hujan. Bukuku sayang .

Yang dibutuhkan untuk sebuah perpustakaan tentu saja ada buku dan ada ruangan tempat menyimpan buku tersebut. Untuk memperoleh keduanya, membutuhkan bantuan berbagai pihak. Terutama dan pertama mungkin dosen pembimbing atau penasehat dari lembaga dakwah kampus. Kita bisa mengajukan ijin penggunaan salah satu ruangan di masjid untuk menjadi perpustakaan masjid. Kalaupun koleksi kita belum banyak kita bisa menggunakan ruang kesekretariatan dkm masjid. Kita bisa menyimpan beberapa lemari atau rak buku di dalamnya sebagai tempat sementara. Ini mungkin mencukupi karena pada awalnya mungkin jumlah koleksi buku juga masih minim. Kemudian untuk pengadaan buku banyak pihak yang bisa kita mintai bantuannya. Pertama mungkin kita bisa meminta alokasi dari dana kegiatan dkm untuk melakukan pembelian buku. Kita juga bisa meminta bantuan dosen. Kita bisa meminta sumbangan dari mereka apakah dalam bentuk buku atau dana. Atau juga bisa mengajukan permohonan... http://ahperpus.multiply.com/journal/item/125 Tue, 16 Jan 2007 09:05:27 -0000 Perpustakaan masjid kampus memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan perpustakaan umum ataupun perpustakaan masjid biasa. Adapun yang membedakannya dengan perpustakaan umum adalah letaknya yang berada di dalam lingkungan masjid. Kedua jenis koleksinya yang bernuansa islami. Bedanya dengan perpustakaan masjid biasa adalah karena lokasinya berada di dalam kampus dan koleksinya tidak hanya yang bernuansa islam tapi juga seharusnya yang terkait dengan islamisasi ilmu pengetahuan yang ada di kampus itu. Misalnya perpustakaan masjid kampus ipb yang merupakan kampus pertanian, maka seharusnya koleksi perpustakaan masjidnya adalah buku-buku keislaman umum dan juga buku-buku keislaman yang terkait dengan ilmu pertanian, semisal fiqih pertanian, fiqih kelautan dan fiqih kehutanan, dan lainnya.Selain itu yang membedakan perpustakaan ini dengan perpustakaan lainnya yaitu kepengurusannya yang di pegang oleh mahasiswa yang menjadi pengurus masjid kamp.

No comments: